Saya adalah seorang anak dari keluarga yang cukup berada. Saya
selalu memperoleh apa yang saya minta pada orang tua saya. Oleh karena itu,
saya menjadi anak yang sangat manja. Setiap ada sedikit masalah di sekolah,
saya selalu melaporkannya kepada orang tua saya supaya mereka menyelesaikannya.
Suatu hari ketika saya sudah masuk SMP, ketika memasuki Masa
Orientasi Siswa, saya merasa malu ketika disuruh maju menampilkan bakat di
depan kelas pada keesokan harinya, sehingga saya menyuruh orang tua saya untuk
membuatkan surat ijin tidak mengikuti MOS pada keesokan harinya itu. Dan orang
tua saya yang sudah terbiasa hanya menuruti apa yang saya minta.
Ketika sudah memasuki bulan ke 3 di SMP, saya berkenalan
dengan seorang cewek yang 1 tahun lebih tua dari saya, dia adalah kakak kelas
saya yang berlomba bersama saya mewakili sekolah. Kami berusaha melakukan
persiapan yang terbaik dan tibalah waktu lomba itu. Dalam perjalanan menuju
lokasi lomba, saya berpikir bahwa saya tidak perlu terburu-buru untuk sampai ke
lokasi dan saya menyuruh sopir saya mampir ke toko mainan. Akibatnya, saya
telat tiba di lokasi. Saya segera menelepon ayah saya seperti biasa supaya
diijinkan mengikuti lomba walaupun terlambat. Tetapi hal yang tidak biasa
terjadi kali ini. Ayah saya tidak menuruti apa yang saya minta. Saya sangat
khawatir, bahkan hampir menangis. Di sana, saya bertemu dengan cewek yang
adalah pasangan lomba saya dan dia mengatakan bahwa sudah terlambat untuk
menyesalkan apa yang sudah terjadi. Dia berkata bahwa yang bisa kita lakukan
hanyalah berdoa supaya Tuhan mau membukakan jalan bagi kita dan berjanjilah
bahwa apa yang terjadi kali ini tidak akan terjadi lagi lain kali.
Saya berdoa dalam hati dengan penuh rasa penyesalan. Saya
meneteskan air mata tanpa saya sadari. Dalam hati, saya memikirkan apa yang ibu
saya rasakan karena telah membimbing saya sampai saya dipercaya mewakili
sekolah dalam lomba ini, bagaimana dengan sekolah saya yang telah memberi saya
kepercayaan untuk membawa nama sekolah dalam lomba ini. Tiba-tiba, ada
seseorang yang menepuk bahu saya, dan saya pun menoleh, ternyata panitia yang
mengijinkan kami mengikuti lomba dengan syarat kami mengerjakan soal babak
pertama itu tanpa adanya tambahan waktu dan kami segera mengambil alat tulis
dan mengerjakan soal tersebut. Dan ternyata saya memperoleh hasil yang baik
saat babak pertama itu dan lolos ke babak final keesokan harinya.
Keesokan harinya, saya segera bersiap dan segera menuju ke
tempat lomba. Di sana saya langsung bertemu dengan pasangan lomba saya dan
memasuki ruang lomba. Kami mengikuti lomba dengan lancar dan akhirnya mendapat
juara 2.
Dari pengalaman lomba itu, saya mendapatkan banyak hal
berharga. Saya mendapatkan pengalaman berkompetisi dalam lomba dan pelajaran
berharga bahwa kita tidak boleh seenaknya saja dan tidak bertanggung jawab pada
apa yang telah kita buat.Serta percayalah bahwa Tuhan selalu menjawab setiap hal yang kita butuhkan dalam hidup kita, walaupun kita telah membuat kesalahan yang disengaja.